Penyelesaian Sengketa Tanah Ulayat Di Desa Faan- Kecamatan Kei Kecil-Kabupaten Maluku Tenggara-Provinsi Maluku

Abstract

Penyelesaian sengketa merupakan suatu cara yang dilakukan oleh ketuaketua adat untuk menyelesaikan persoalan atau sengketa yang menyangkut dengan pelanggaran adat. Untuk menyelesaikan sengketa tersebut ketua-ketua adat mengadakan duduk adat atau sering dikenal dengan peradilan adat. Peradilan adat yang dilakukan bersifat mediasi, terdapat Raja sebagai mediator di dalamnya. Peran penting dari ketua-ketua adat dalam penyelesaian sengketa sangat diperlukan, hal ini dikarenakan di dalam peradilan adat sangat menjunjung tinggi hak-hak dari setiap masyarakat hukum adat, sehingga peradilan adat dikatakan sebagai peradilan perdamaian. Tanah ulayat merupakan bidang-bidang tanah yang diatasnya melekat hakhak dari setiap masyarakat hukum adat. Tanah ulayat seringkali menjadi objek sengketa. Hal ini disebabkan karena batas tanah ulayat tidak jelas, pertambahan penduduk, kurangnya penyuluhan akan hukum, kurangnya penghargaan akan hak ulayat oleh pemerintah daerah, melunturnya nilai budaya. Mekanisme penyelesaian sengketa tanah ulayat yang terjadi yaitu sebelum dilakukannya peradilan adat Raja (Rat) memanggil atau mengumpulkan tua-tua adat (Orang Kai, Tuan Tan, para Seniri, Soa), memanggil para pihak yang bersengketa, setelah itu memberikan putusan bagi pihak-pihak yang bersengketa.